Beberapa waktu yg lalu, merupakan
hari bahagia. bukan karena IP semester 4 cumlaude, tetapi adanya upacara sakral
yg menyatukan kedua insan dalam tali pernikahan. yaitu seorang guru, murabbi di
masa SMA sampai sekarang (tidak ada mantan guru dan murabbi). Seorang yang
menjadi tempat diskusi, tempat bertanya, bahkan tempat curhat (ups). Mereka dipertemukan
Allah di kampus dan alhamdulillah telah berlangsung akadnya.
Setelah itu, teringat umur yg sudah
sepertiga ini dan terbesit "kapan ya bisa nyusul..?". Kalau ngomongin
jodoh, akan selalu asyik sehingga tidak ada habisnya. Walaupun jodoh itu
ditangan tuhan, tetapi usaha/ikhtiar sangat diperlukan. Udah ditakdirkan, tapi
tetap harus diusahakan (gimana tuh?). Dalam islam, ada tahapan-tahapan dalam
menikah antara lain ta'aruf (saling berkenalan), tafahum (saling memahami),
khitbah (lamar), dan nikah.
Banyak orang yang berpikir bahwa
pacaran itu proses pengenalan dan ta'aruf itu lebih seperti beli kucing dalam
karung. Mungkin itu dikarenakan prosesnya yang singkat dan sulit dipaham oleh
orang awab. Biasanya setelah ta'aruf selesai, akan ada chemistry yang tercipta
antar individu sehingga yakin bahwa satu sama lainnya berjodoh, sementara
sebenarnya itu adalah titik awal mula kehidupan barunya akan dimulai, tetapi
dengan waktu singkat sudah yakin dan mantap. Pasti banyak yang berpikir
"belum kenal dekat tapi sudah yakin? bisa-bisanya." atau komen
lainnya. Ta’aruf merupakan hal yang didasari keyakinan terhadap Allah SWT,
karenan niat yang sebenar-benarnya niat adalah ibadah. Dan kalau sudah percaya
padaNya, insya Allah Ia akan memberikan kemudahan bagi kita semua. Jadi, niat
merupakan awalan penting proses pernikahan ini, kalau niat sudah benar
pertolonganNya pasti akan ada entah dari mana. Mungkin berupa petunjuk, atau keyakinan, atau
berupa nasehat dari orang lain. Yah macam-macam bentuknya.
Ta’aruf itu ga selalu tuker-tukeran
CV, udah kaya ngelamar kerja aja. Ngobrol langsung juga bias, dan mungkin akan
lebih puas karenan ada beberapa hal yang ingin ditanyakan langsung dan tidak bias
dingkapkan lewat tulisan. Ngobrol langsung juga tidak bias seenaknya, karena
ini merupakan kegiatan yang bertujuan baik, alangkah baiknya jika ngobrol
langsungnya juga baik-baik. Dengan ditemani oleh murabbi atau wali atau orang
lain.
Ta’aruf tidak perlu berlama-lama. Kenapa?
Kalau sudah yakin sebaiknya langsung saja dibuat keputusan entah ingin
melanjutkan ataupun tidak. Jikalau bimbang, maka serahkan padaNya dengan
meminta petunjuknya. Dalam proses ini, peran pendamping sangatlah penting,
karena orang yang melakukan ta’aruf akan mengalami kegalauan akut (wew). Bukan apa-apa,
orang yang sekedar pacaran aja galau, apalagi orang sedang merencanakan
pernikahannya, apalagi ini proses yang didasari oleh keyakinan. Jadi,
pendamping akan sangat membantu dalam menentukan keputusan. Pendamping juga
tidak bias sembarangan, harus menilai secara subjektif maupun objektif tanpa
memperhitungkan kepentingan diri sendiri. Siapa tau temannya sedang ta’aruf
dengan pujaan hatinya (waduuh?!).
Proses inilah yang menjadi core,
inti dari proses perkenalan sebelum menikah. Sehingga setelah melewati proses
ini, (insya Allah) akan mudah kedepannya. Semua proses ini tidak bias dilakukan
tanpa niat yang tulus dan lurus, ikhtiar, dan keyakinan. Sehingga do’a dan
shalat istikharahmenjadi andalan dalam menentukan pilihan (hehehe).
So, kalau sudah siap mental, fisik,
financial, buru-buru deh buat CV/proposal n minta bantuan murabbi. Inget,
menikah itu ibadah lho :D. Insya Allah jodoh kita akan sepadan dengan kita
karena Quran Surat Annur ayat 26 bahwa laki-laki yang baik akan mendapatkan
wanita-wanita yang baik dan begitupula sebaliknya. Perbaiki diri sendiri supaya
jodoh kita nanti akan baik pula, karena jodoh kita nanti adalah MisteriNya yang
terindah.
wallahualam bishawab