Hanya ku tau kau ada, tak ayal keterlihatanmu ada.
Tak pernah kulihat kau di rumah, namun kau perhatikan ku dalam tidurku, mengecupku saat ku lelap, menitip senyum saat gelap malam tengah pekat.
Tak banyak kasihmu kusentuh, melainkan kau terus menyentuh hidupku dengan kasihmu.
Siapa kau?
Kering keringat membuatmu gatal.
Asap dapur melecut semangatmu.
Dan sekolahku menjadi api kerjamu.
Dimana protes dan makian terus saja menghujam.
Senyum itu laiknya palsu seakan hanya untuk menghias kerut jelek yg kian bertambah berkawan waktu.
Siapa kau?
Surga dunia...ah, tak kau cium sedikitpun.
Hanya wajah diamnya seorang wanita dan 3 buah hati saat tidur yg terus melecut rindumu, membuat lupa lautan, mabuk daratan, setan pun enggan menggoda dan malah berpelu haru.
Hari kau penuh, senggang kau rebah..
Tiada hura tersemat dalam kamus, dan foya dalam benak.
Meski ajakan rekan kian menyalak.
Siapa kau??
Satu lingkaran sudah saja cukup meradang migrain, kau genggam 3 lingkaran pun bagimu kurang.
Keluh? Siapa sangka siapa tanya. Anggukan pasti dalam kemakluman.
Tapi pantang.... pantang di depan semua yg mengedepankan ia, menjadikan tombak runcing ia.
Lagi? Siapa??
kusangka ku telah tamat, saat baligh tersemat pada dahi.
ya, itu sekian tahun lalu.... kini hanya kasih sebagai landasan.
karna wajib telah gugur, dan agama telah mengantar.
apa jawabmu? inilah aku, untukmu anakku.
dagu pun terjatuh, lamun ku tersadar.
inilah dia..
benarkah? siapa?
mati mendahuluiku...
senyum atas suksesku..
berfoto dengan cucumu, anakku..
itu kan inginmu??
sampai picisanku kau tolak dengan kementahan.
seakan sok peduli dengan hidupku, tak ingin rasa susahku atasmu.
ku tahu kau siapa..
kurang ajar kau.
kau rebut posisi lelaki terhebat diatas bumi, nomor 2 dari baginda Muhammad.
tak sekuat hercules kau memang
tak sepintar edison pun
tak seberani umar jelas.
tp senyum itu pasti nomer satu di dunia.
Dan kau bukan siapa-siapa lg
Tak pernah kulihat kau di rumah, namun kau perhatikan ku dalam tidurku, mengecupku saat ku lelap, menitip senyum saat gelap malam tengah pekat.
Tak banyak kasihmu kusentuh, melainkan kau terus menyentuh hidupku dengan kasihmu.
Siapa kau?
Kering keringat membuatmu gatal.
Asap dapur melecut semangatmu.
Dan sekolahku menjadi api kerjamu.
Dimana protes dan makian terus saja menghujam.
Senyum itu laiknya palsu seakan hanya untuk menghias kerut jelek yg kian bertambah berkawan waktu.
Siapa kau?
Surga dunia...ah, tak kau cium sedikitpun.
Hanya wajah diamnya seorang wanita dan 3 buah hati saat tidur yg terus melecut rindumu, membuat lupa lautan, mabuk daratan, setan pun enggan menggoda dan malah berpelu haru.
Hari kau penuh, senggang kau rebah..
Tiada hura tersemat dalam kamus, dan foya dalam benak.
Meski ajakan rekan kian menyalak.
Siapa kau??
Satu lingkaran sudah saja cukup meradang migrain, kau genggam 3 lingkaran pun bagimu kurang.
Keluh? Siapa sangka siapa tanya. Anggukan pasti dalam kemakluman.
Tapi pantang.... pantang di depan semua yg mengedepankan ia, menjadikan tombak runcing ia.
Lagi? Siapa??
kusangka ku telah tamat, saat baligh tersemat pada dahi.
ya, itu sekian tahun lalu.... kini hanya kasih sebagai landasan.
karna wajib telah gugur, dan agama telah mengantar.
apa jawabmu? inilah aku, untukmu anakku.
dagu pun terjatuh, lamun ku tersadar.
inilah dia..
benarkah? siapa?
mati mendahuluiku...
senyum atas suksesku..
berfoto dengan cucumu, anakku..
itu kan inginmu??
sampai picisanku kau tolak dengan kementahan.
seakan sok peduli dengan hidupku, tak ingin rasa susahku atasmu.
ku tahu kau siapa..
kurang ajar kau.
kau rebut posisi lelaki terhebat diatas bumi, nomor 2 dari baginda Muhammad.
tak sekuat hercules kau memang
tak sepintar edison pun
tak seberani umar jelas.
tp senyum itu pasti nomer satu di dunia.
Dan kau bukan siapa-siapa lg
0 comments:
Posting Komentar